Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juni, 2020

Telisik Biografi Imam Abu Amr al-Basri, Guru Imam Sibawaihi

Bismillah Al-Qur’an sebagai petunjuk telah terbukti eksistensi nya dari sekian banyak pakar yang menguji keotentikan nya dari berbagi sisi, tak hayal beberapa kalangan orientalis yang terus berusaha mencari kekurangan-kekurangan nya tak dapat mereka temukan dalam kitab suci ini, justru tidak sedikit dari mereka yang mendapatkan hidayah berkat kajian kritik nya terhadap al-Qur’an. Hal-hal tersebut telah disebutkan dalam beberapa redaksi ayat yang menyatakan kemampuan manusia tidak akan mampu untuk menyaingi al-Qur’an baik dari sisi manapun baik itu sastra, linguistik, sejarah, filsafat dan lain nya. Karena itu pula para ulama sepakat bahwa al-Qur’an adalah kitab suci yang selalu dapat diterima isi kandungan nya pada setiap tempat dan setiap zaman sebagai kitab panduan kehidupan manusia. Dalam beberapa literatur sejarah mengatakan bahwa al-Qur’an telah mengalami proses panjang dalam periwayatan nya pada setiap masa. Dimulai dari masa kenabian, sahabat, tabi, tabiin, hingga pada masa

Antara hafal dan paham

Bismillah      Menghafal al-Qur’an merupakan sebuah ibadah yang banyak mengandung fadhilah fadhilah keutamaan, hal itu terbukti dalam beberapa redaksi ayat al-Qur’an itu sendiri maupun dalam beberapa riwayat riwayat yang dinisbakan kepada Rasulullah Saw dan juga pada generasi setelah nya, diantara nya adalah orang yang membaca dan mengamalkan nya tergolong kedalam manusia manusia yang dimuliakan oleh Allah swt. Imam jazari dalam kitab nya tayyibatu an-Nasyr (lihat: mandzumah bait no 4) mengatakan bahwa orang orang yang istiqamah dalam mempelajari dan mengamalkan al-Qur’an digolongkan kedalam asyrafa al-Ummah ـــ Hemat penulis bahwa ummat Rasulullah Saw dijadikan sebagai ummat yang terbaik (khaera al-ummah) karena kepada nya lah al-Qur’an diturunkan, namun orang yang istiqamah mempelajari dan mengamalkan al-Qur’an digolongkan kepada ummat yang termulia (Asyrafa al-Ummah) ـــ hal ini berladaskan hadist nabi “sebaik baik ummat diantara kalian adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan

Telisik biografi sejarah imam Ibnu Katsir (guru Imam Syafi'i) dalam periwayat al-Qur'an

Gambar ilustrasi Bismillah Al-Qur’an diturunkan Allah kepada Rasulullah Saw sebagai penuntun jalan kehidupan manusia menuju jalan yang diridhahinya. Maka dari itu Allah mensifati al-Qur’an dengan kemudahan dalam mengkaji dan mempelajarinya baik berbentuk hafalan maupun pemahaman terhadap nya (baca: Qs. Al-Qamar 17) . Hal itu terbukti dengan berbagai kemujizatan nya, salah satu nya dengan diturunkan nya dalam berbagai linguistik suku dan lahjah (baca: Dialek) . Kemudahan ini sangat mempengaruhi kondisi ummat saat itu, sehingga ketika turun perintah Allah melalui malaikat Jibri As agar membacakan al-Qur’an dalam satu huruf Rasulullah Saw pun menanggapinya dengan mengondisikan keadaan ummat saat itu yang hidup dalam geografis yang terbagi dalam beberapa suku dan wilayah dengan beraneka ragam lahjah dan dialek bahasa nya, hingga pada akhirnya turun lah perintah kebolehan membaca al-Qur’an dalam tujuh huruf. Hal ini tertulis dalam beberapa riwayat hadits shahih. Rujuklah ke artikel tulisa

Biografi Figur Imam Nafi dan Perawinya dalam Periwayatan al-Qur'an

ilustrasi Bimillah Sejarah periwayatan al-Qur’an dari masa usman bin affan hingga ke masa tabi’ tabiin cukup pesat dalam pengembangan nya, hal itu terbukti dari penyebaran mushaf atas perintah khalifah usman bin afffan saat itu yang memuat berbagai qiraah yang telah disepakati disebarkan keberbagai penjuru kota kota yang dianggap sebagai pusat pengembangan studi pembejaran quran yang terbilang pesat, diantara kota kota itu adalah mekkah, madinah, basrah, syam dan kufah. Dari daerah daerah inilah muncul lah para imam qiraah sepuluh yang dinisbatkan kepada nya bacaan bacaan qiraah al-Qur'an yang kita kenal hingga saat ini. Hal itu bermula pada periode kedua (masa tabi’ tabiin) atau juga pada masa bani umayyah dimana pada saat itu ragam qiraah al-Qur'an yang begitu banyak cukup membuat kesulitan untuk menguasai seluruh bacaan qiraah tersebut, sehingga ulama ahluqurra pada masa itu mengklasifikasikan qiraah berdasarkan bacaan yang mudah dan cocok bagi lisan mereka, sehingga setia