Langsung ke konten utama

Postingan

QIRAAT AL-QUR'AN DIMASA RASULULLAH SAW DAN SAHABAT RA BAGIAN II

  Bismillah.. Pada zaman khalifah ustman bin affan, syiar islam terus tersebar luas hingga keberbagai penjuru negara, hal tersebut sebagai bentuk upaya menyebarkan ajaran islam sebagaimana yang diajarkan Rasulullah saw, namun hal tersebut tidak luput dari berbagai rintangan, hingga suatu saat delegasi utusan khalifah Ustman bin affan sampai pada beberapa daerah untuk mengajarkan islam dan syariatnya. seiring waktu berjalan suatu hal yang tak diduga oleh para delegasi tersebut adalah mereka mendengar bacaan al-Qur’an yang mereka bacakan berbeda dengan bacaan yang ia dapatkan dari Rasulullah Saw, hingga hal tersebut menimbulkan perdebatan dan perkelahian diantara mereka, mereka tetap kukuh dengan bacaan mereka sendiri karena mereka sangat yakin begitulah Rasulullah Saw membacakan kepada mereka.   Kabar tersebut pun sampai ketelinga khalifah ustman bin affan, khalifah pun mengambil kebijakan agar mengkaji ulang lembaran-lembaran mushaf yang ditulis pada masa Rasulullah Saw agar tidak terj

QIRAAT AL-QUR'AN DIMASA RASULULLAH SAW DAN SAHABAT RA BAGIAN I

Bismillah... Al-Qur’an merupakan satu dari beberapa kitab suci yang telah diturunkan Allah kepada rasul-rasul sebelum nya, ia merupakan kitab suci yang bila dari berbagai aspek nya sangat sempurna dan penuh dengan berbagai mukjizat. Pengkajian terhadap nya tidak berhenti sepeninggal Rasulullah Saw. akan tetapi terus berlajut hingga hari akhir kelak. beberapa diantara aspek pembahasan al-Qur’an yang hingga hari ini masih dikaji adalah yaitu metode pengumpulan naskah al-Qur’an itu sendiri, cara pelafalan nya dan juga metode penulisan nya dimasa Rasulullah saw hingga masa-masa sepeninggal beliau.      Jika kita kembali membuka lembaran sejarah yang tertuang pada kitab-kitab ulum al-Qur’an, disana kita dapat jumpai bahwa al-Qur’an sejak masa diwahyukan nya kepada Rasulullah Saw saat itu juga beliau memerintahkan sahabat yang hadir bersama beliau saat itu agar menghafalkan dan melafalkan nya lalu kemudian menulis nya di berbagai media tulis saat itu dihadapan Rasulullah Saw. hal ini ses

Telisik sejarah ilmu Tajwid dan perkembangan nya

  Bismillah.. Ketika penyebaran islam sudah masuk pada kaum non arab, pelafalan dan pengkajian ayat ayat suci al-Quran mengalami pergeseran dalam pengucapan nya, oleh karena itu para ulama kemudian memulai dengan merumuskan beberapa kaidah untuk mempermudah dalam pengkajian nya terlebih dalam pelafalan nya. Ilmu tajwid dalam sejarah nya sudah ada sejak al-Quran diwahyukan pertama kali oleh Rasulullah Saw, sebagaimana dalam al-Quran (al-Muzzammil : 4) diperintahkan “bacalah al-Quran dengan tartil”, para ahlulqurra memaknai kata tartil pada ayat tersebut dengan membaguskan bacaan setiap huruf nya atau memberikan semua hak dan sifat sifat huruf yang terdapat pada bacaan al-Quran. Sehingga dari perintah tersebutlah Rasulullah Saw kemudian mengajarkan dan memerintahkan kepada para sahabat agar membacanya sesuai apa yang beliau baca kepada malaikat Jibril As. ( Baca:  hukum membaca al-Quran dengan dan tanpaTajwid) . Adapun pada generasi sahabat hingga pada periode penulisan ilmu tajwid

Hukum membaca al-Qur'an tanpa tajwid, Boleh. Betulkah?

Bismillah... Beberapa hari yang lalu dalam sebuah perjalanan, penulis melihat seseorang yang nampak sedang membaca al-Qur’an dalam perjalanan nya, terucap dalam hati penulis “segala puji bagi Allah yang telah memberikan sebuah pandangan motivasi bahwa al-Qur’an tidak lah hanya dibaca dalam keadaan tertentu saja, akan tetapi dapat dibaca dimanapun dan kapanpun”, lalu seiring waktu berlalu, terdengar bacaan nya nampak sesuatu yang sedikit meragukan hati penulis, beberapa bacaan nya tidak begitu memperhatikan kaidah ilmu tajwid atau dalam arti tidak memenuhi kriteria bacaan yang baik dan benar, dari situ teringat langsung sebuah bait dari matan Ilmu tajwid karangan imam ibnu jazari yang kurang lebih terjemahan nya berisi “bahwa membaca al-Qur’an dengan tajwid adalah sebuah kewajiban (hatmun lazim) dan barang siapa yang meninggalkannya adalah sebuah dosa”. Dari sini akhir nya muncul lah keinginan yang sangat dalam untuk mencari referensi rujukan yang membahas tentang hal ini, apakah kew

kemasyhuran bacaan Qiraah Imam Hafs dari Qiraah lain

  Bismillah Dalam ilmu qiraat para ahlulqura telah menetapkan sepuluh qiraah yang mutawatir yang telah melalui proses validalitasi bacaan pada masa khalifah Usman bin Affan, dari proses itulah bacaa qiraat al-Quran lalu kemudian diedarkan melalui tangan para sahabat keberbagai daerah yang menjadi pusat pengembangan islam saat itu diantara nya Mekkah, Madinah, Kuffah, Syam, dan Basrah. Selang beberapa lama kemudian para ahlulquraa pada masa itu mulai mengklasifiksikan bacaan mereka agar lebih mudah dipelajari, dihafal dan dijadikan sebagai objek kajian dengan menyesuaikan kondisi bahasa dan lahjah mereka terhadap qiraah al-Qur’an dimasing-masing daerah sebaran mushaf al-Qur’an tersebut, maka dari sanalah lahir para imam qiraah yang berjumlah sepuluh orang ahlulqura, dari merekalah dinisbatkan kepada nya qiraah al-Qur’an tersebut, dari sini timbul lah istilah “Qiraat as-Sab’a” Qiraat tujuh atau “Qiraat al-‘Asyar” Qiraat sepuluh. kesepuluh imam tersebut adalah imam Nafi dari Madinah, i

Biografi Figur Imam Ashim dan transmisi sanad bacaan nya

ilustrasi Bismillah. Berbicara tentang keidahan dalam berinteraksi dengan al-Qur’an ada beberapa cara. Pertama adalah dengan hanya menggunakan rasa atau bersandarkan kepada perasan saja, ini masyhur dikalangan para pembaca al-Qur’an dengan istilah dzauq , dzauq yang seperti ini muncul dengan ada nya rasa ketenangan dan ketentraman dalam hati yang larut dalam bacaan dengan iringan irama suara nan merdu. Yang kedua adalah berinteraksi dengan berlandaskan beberapa disiplin ilmu pengetahuan baik ilmu khusus yang mengkaji seluk beluk al-Qur’an ataupun ilmu pengetahuan secara umum. Dalam kajian ilmu bahasa misalnya, para pakar bahasa arab akan menemukan bahwa bahasa al-Qur’an sangat tersusun rapi, indah, dan sempurna baik secara pelafalan maupun dari pemakna nya. Dari kajiam keilmuan seperti itulah sehingga interaksi kita dengan al-Qur’an dapat menjadi erat karena akan menambahkan dan menguatkan keimanan kita terhadap kitabullah. Sabagai kalam ilahi al-Qur’an bagaikan samudra ilmu yang t

Biografi figur Imam Ibnu Amir dan Imam Hisyam (Guru Imam Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Bismillah Al-Qur’an adalah kitab suci yang kesucian dan keagungan nya langsung dinyatakan oleh Allah Swt sebagai kalamullah nya. Dimasa awal pewahyuan al-Qur’an, penghormatan dan penghargaan terhadap al-Qur’an tidak terwujud hanya dengan membaca, mengahafal dan menulis nya saja, namun juga dengan semangat mereka berusaha untuk memahami dan juga mendalami makna isi kandungan nya dan juga berusaha untuk mendedikasikan dalam kehidupan keseharain nya. Maka dari itu jika kita bandingkan dengan upaya kita hari ini dengan para sahabat dalam mendedikasikan al-Qur’an dalam kehidupan keseharian, mereka jauh lebih mengutamakan nya dibanding sekedar menghafal tanpa mengkaji dan mendedikasikan nya dalam kehidupan. Dahulu mereka para sahabat tidak lah menambah jumlah hafalan nya hingga sempurna apa apa yang mereka hafal telah mereka dedikasikan dikehidupan nya. Dari hal seperti itulah yang kebanyakan diantara mereka bagaikan al-Qur’an yang berjalan dibawah bimbingan Rasulullah Saw.     Dalam pe