Langsung ke konten utama

Biografi Figur Imam Ashim dan transmisi sanad bacaan nya

ilustrasi

Bismillah.

Berbicara tentang keidahan dalam berinteraksi dengan al-Qur’an ada beberapa cara. Pertama adalah dengan hanya menggunakan rasa atau bersandarkan kepada perasan saja, ini masyhur dikalangan para pembaca al-Qur’an dengan istilah dzauq, dzauq yang seperti ini muncul dengan ada nya rasa ketenangan dan ketentraman dalam hati yang larut dalam bacaan dengan iringan irama suara nan merdu. Yang kedua adalah berinteraksi dengan berlandaskan beberapa disiplin ilmu pengetahuan baik ilmu khusus yang mengkaji seluk beluk al-Qur’an ataupun ilmu pengetahuan secara umum. Dalam kajian ilmu bahasa misalnya, para pakar bahasa arab akan menemukan bahwa bahasa al-Qur’an sangat tersusun rapi, indah, dan sempurna baik secara pelafalan maupun dari pemakna nya. Dari kajiam keilmuan seperti itulah sehingga interaksi kita dengan al-Qur’an dapat menjadi erat karena akan menambahkan dan menguatkan keimanan kita terhadap kitabullah.

Sabagai kalam ilahi al-Qur’an bagaikan samudra ilmu yang tak bertepi, semakin ditadabburi, dipelajari dan terus menerus dikaji maka akan semakin banyak hal-hal yang membuat pengkaji nya berdecak kagum. Maka dari itu meski sudah banyak disiplin ilmu yan lahir dari al-Qur’an akan tetapi pemahaman dan wawasan baru akan selalu muncul dalam setiap kajian nya. Maka dari situlah akan terus lahir para ahli-ahli al-Qur’an sejak awal al-Qur’an diwahyukan hingga hari kiamat tiba.  

Dari negeri kufah sendiri lahirlah seorang ahli al-Qur’an dan juga pakar dibidang bahasa dan juga seorang ulama besar, beliau adalah ‘Ashim bin Abi an-Najud (beliau termasuk golongan Tabi’). Lahir didaerah yang termasuk dalam peta sebaran al-Qur’an pada zaman Ustman bin Affan Ra membuat imam Ashim banyak belajar pada ulama-ulama ahli qiraah pada zaman nya sehingga menjadikan diri nya sebagai seorang panutan yang disegani masyarakat kufah saat itu.

Dalam perjalanan intelektual nya beliau dikenal dengan hafalan yang sangat kuat dan suara yang begitu indah. Dalam sebuah riwayat imam Abu Bakr bin ‘Ayyasy beliau berkata bahwa imam Ashim pernah berkata kepadaku “saya pernah sakit selama dua tahun (dan tidak mengulangi hafalan ku), ketika aku sembuh dari sakit ku lalu kubaca kembali hafalanku tidak ada satu huruf pun yang salah”. Hal itu merupakan karamah imam Ashim yang sangat masyhur dikalangan para ahlulqurra. Selain pakar dibidang qiraah, beliau juga pakar dibidang hadist, bahasa Arab, dan juga seorang yang faqih. Diriwayat lain imam Syu’bah juga mengatakan bahwa saya belum pernah melihat seorang yang membaca al-Qur’an seperti imam Ashim yang juga paham akan hadist, bahasa, dan juga seorang yang faqih.

Pada transmisi sanad nya, beliau berguru kepada Abi ‘Abdu ar-Rahman bin Habib bin Rabi’ah as-Sulami ad-Dharir, Abi Maryam Zir bin Hubaisy bin Khubasayah al-Asadi dan juga kepada Abi Amr Saad bin Ilyas as-Syaibani. Dan ketiga gurunya tersebut berguru kepada Abdullah bin Mas’ud. Adapun Abi Maryam Zir bin Hubaisy juga berguru kepada para sahabat Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Abi bin Ka’ab, dan Zaid bin Tsabit yang semuanya berguru dan membaca kepada Rasulullah Saw.

Dalan transmisi sanad qiraah al-Qur’an ada dua orang perawi yang masyhur, para generasi pelanjut (perawi) inilah yang akan melanjutkan metode dan juga teori bacaan yang didapatkan dari guru nya. Pada qiraah imam Ashim (sebagai guru), bacaan beliau ditransmisikan oleh dua orang murid nya yang masyhur, beliau adalah imam Syu’bah dan juga imam Hafs.

Syu’bah bin ‘Ayyasy bin Salim al-Hannath al-Nahsyali al-Kufi atau masyhur dikenal dengan imam Syu’bah. Beliau lahir pada tahun 95 H. Beliau adalah seorang ulama besar dan juga termasuk kedalam golongan para pembesar ilmu Hadist

Dalam perjalanan intelektual nya beliau banyak berguru kepada imam ‘Ashim, ‘Atha bin as-Saaib dan Salim al-Munkiri. dikarenakan beliau cukup lama bermulazamah dengan imam Ashim maka dari imam Ashim lah beliau meriwayatkan bacaan guru nya.

Ada sebuah kisah ketika imam Syu’bah dalam pembaringan maut nya, beliau berkata kepada saudari perempuan nya “apa yang membuatmu menangisi kepergian ku? Lihatlah ke ruang itu! disanalah aku mengkhatamkan al-Qur’an 1800 kali khataman. Hal itu ditujukan sebagai bukti bakti beliau terhadap kalam ilahi. Lalu kemudian beliau kembali kerahmatullah pada tahun 193 H.

Hafs bin Sulaiman bin Mughirah Abu Amr bin Abi Dawud al-Asadi al-Kufi atau masyhur dikalangan para ahlulqurra dengan Imam Ashim. Beliau lahir pada tahun 90 H di Kuffah, tumbuh besar ditangan para ahlulqurra pada masa nya. Beliau adalah seorang rawi yang sangat masyhur diseluruh dunia dimana bacaan yang diriwayatkan beliaulah yang tersebar dan dijadikan sebagai rujukan bacaan diseluruh dunia. Kemasyhuran tersebut beliau dapatkan berkat kesungguhan beliau dalam mendalami ilmu qiraah, beliau seorang muqri di kampung halaman nya kuffah dan ketika beliau merantau ke baghdad beliau juga belajar dan mengajar disana, dan ketika beliau ke Mekkah beliau juga belajar dan mengajarkann qiraah bacaan nya bersama para ahlulqurra disana. Dari perantauan nya itulah sehingga beliau memiliki banyak guru dan juga murid yang sangat banyak, dari murid murid nya pula lah lalu kemudian menyebarkan qiraah nya sehingga menjadi qiraah yang masyhur diseluruh dunia hingga saat ini

Pada perjalanan intelektualnya salah satu guru nya yang sangat mempengaruhi nya adalah Imam Ashim, dari nya lah beliau mengambil bacaan dan kemudian meriwayatkan nya. Selain seorang guru, Imam Ashim juga merupakan sosok Ayah tiri dari Imam hafsh, setelah ayah kandung nya meninggal, ibundanya lalu menikah dengan Imam Ashim. Dari pernikahan itulah yang membuat kedekatan Imam Hafs dan Imam Ashim menjadi sangat erat, sehingga imam Hafs dididik dan dibimbing secara intens hingga menjadikan nya seorang ulama ternama di seluruh dunia.

Dalam transmisi sanad beliau meriwayatkan bacaan dari imam Ashim -secara langsung-dari gurunya Abi Abdul ar-Rahman as-Sulami dari guru nya Sahabat Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit lalu kemudian kepada Rasulullah Saw.

Setelah jauh perjalanan nya menjadi seorang khadim al-Qur’an, beliau kemudian menutup usia pada tahun 180 H diusia 90 Tahun.

Allahu A’lam

Kolaka, 9 September 2020

.

Referensi :

-       Abdu al-Fatah al-Qadi, Tarikhu al-Qurra’ al-‘Asyar wa ruwatuhum, Kairo: Maktabah al-Qahirah, Cetakan Pertama, 1998.

-     Muhammad Salim Muhaisin, Mu’jam Huffadz al-Qur’an ‘Abra at-Tarikh,    Beirut: Dar al-Jil, cet: I 1992

-    Abdu al-Fatah al-Qadi, Al-Wafi fi Syarh As-Syatibiyyah, Kairo: Maktabah Dar as-Salam, cetakan ketiga, 2018.

-       Id.wikipedia.org.

   

      

 


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

apa itu qiraah asyarah sugra dan kubra?

Bismillah...      Pada masa kekhalifaan Usman bin Affan periwayatan al-Qur’an dengan berbagai ragam bacaan nya telah menemukan titik terang nya pasca ditetapkan nya tiga kaidah baku yang telah ditetapkan oleh khalifah dan para tim penulis wahyu, terlebih saat beliau kembali memerintahkan para ulama delegasi beliau diutus kembali ke amsar,  baca: tujuh kota pusat perkembangan islam.   Ditangan para delegasi inilah kemudian lahirlah para imam qiraat sepuluh yang sampai pada kita hari ini, dimana dari kesepuluh imam tersebut terdapat dua murid yang masyhur dikalangan para ahlulqurra pada masa itu yang kemudian meriwayatkan dan kemudian memberikan kaidah bacaan yang mereka dapatkan dari gurunya, diantara mereka ada yang berguru secara langsung dan juga diantara mereka ada yang berguru melalui perantara, inilah yang disebut dengan periwayatan   bil washitah.  Penetapan para perawi ini berdasarkan kredibilitas dan juga kemasyhuran para perawi nya, sehigga ji...

Penamaan Surah-surah al-Qur'an, ijtihadi atau tauqifi?

Bismillah..  Al-Qur’an merupakan kitab suci yang didalam nya banyak terdapat kemukjizatan-kemukjizatan dari berbagai sisi, mulai dari sisi bahasa, rasm, urutan ayat serta surah-surah didalam nya, hal tersebut telah dibahas oleh para ulama hingga para cendikiawan-cendikiawan muslim dibidang nya masing-masing yang kemudian memberikan kesimpulan penegasan bahwa kitab suci al-Qur’an bukan lah hanya sekedar kitab bacaan yang dibaca siang dan malam, melainkan merupakan sebuah kitab yang dari permulaan hingga akhir bahasan nya penuh dengan kemukjizatan.               Termasuk juga diantara kemukjizatan nya ialah penamaan nya yang masih menjadi pembahasan yang cukup hangat dikalangan para pengkaji al-Qur’an hari ini, akan tetapi jauh sebelum itu para ulama terdahulu sudah lebih dulu membahas dan memberikan pandangan nya masing-masing dengan berlandaskan dalil-dalil yang kuat. Dari sana mereka memberikan dua simpulan yang berb...

Pembagian al-Qur'an menjadi beberapa Juz, Hizb, & Ruku'

Bismillah… Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan Allah kepada Rasulullah Saw. Dengan berbagai kemukjizatan yang tersaji didalam nya baik dari segi uslub, bahasa, hingga  sastra, tak membuat para ulama cendikiawan berhenti dalam penelitian nya mengkaji al-Qur’an. Hingga pada tulisan kali ini kita akan sedikit membahas mengenai pembagian al-Qur’an menjadi beberapa bagian seperti pembagian yang kita kenal dengan istilah Juz, Hizb, ataupun Rubu’, dan Ruku’. Pada masa Rasulullah sendiri, pembagian-pembagian yang telah kita sebutkan belum ada pada masa itu, sehingga dalam beberapa Riwayat seperti pada Riwayat Aus ibn Hudzaifah dikatakan bahwa para sahabat membagi al-Qur’an menjadi tujuh bagian. Bagian yang  pertama  terbagi menjadi tiga surah, yaitu al-Baqarah, ali Imran, dan an-Nisa. Bagian  kedua  terbagi menjadi lima surah, yaitu al-Maidah, al-An’am, al-‘Araf, al-Anfal, dan at-Taubah. Bagian  ketiga  terbagi menjadi lima surah, yaitu ...