Langsung ke konten utama

Biografi figur Imam Ibnu Amir dan Imam Hisyam (Guru Imam Bukhari, Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Bismillah

Al-Qur’an adalah kitab suci yang kesucian dan keagungan nya langsung dinyatakan oleh Allah Swt sebagai kalamullah nya. Dimasa awal pewahyuan al-Qur’an, penghormatan dan penghargaan terhadap al-Qur’an tidak terwujud hanya dengan membaca, mengahafal dan menulis nya saja, namun juga dengan semangat mereka berusaha untuk memahami dan juga mendalami makna isi kandungan nya dan juga berusaha untuk mendedikasikan dalam kehidupan keseharain nya. Maka dari itu jika kita bandingkan dengan upaya kita hari ini dengan para sahabat dalam mendedikasikan al-Qur’an dalam kehidupan keseharian, mereka jauh lebih mengutamakan nya dibanding sekedar menghafal tanpa mengkaji dan mendedikasikan nya dalam kehidupan. Dahulu mereka para sahabat tidak lah menambah jumlah hafalan nya hingga sempurna apa apa yang mereka hafal telah mereka dedikasikan dikehidupan nya. Dari hal seperti itulah yang kebanyakan diantara mereka bagaikan al-Qur’an yang berjalan dibawah bimbingan Rasulullah Saw.   

Dalam perjalanan sejarah literatur al-Qur’an bisa kita lihat bahwa pengkajian al-Qur’an tidak hanya berhenti sampai kepada persoalan syariat agama, tetapi juga terus didalami dan dikaji baik dari sisi ilmu pengetahuan umum, sains, politik, sosial, ekonomi dll, sehingga dari sanalah banyak melahirkan disiplin disiplin ilmu baru yang bisa kita nikmati hingga hari ini.  

Begitulah negeri Syam pada masanya, sebuah negeri yang masyhur dengan perkembangan kajian ilmu pengetahuan nya sehingga negeri syam juga termasuk kedalam  daerah yang dilrik oleh khalifah sebagai pusat pengembangan dan pengkajian berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

Negeri Syam, terletak di timur laut midetarinia, barat sungai Eferat, utara gurun Arab dan sebelah selatan Pegunungan Taurus, dari nya banyak diutus para nabi -mereka adalah Nabi Luth As, Ishaq As, Ya’qub As Ayyub As, Zulkifli As, Daud As, Sulaiman As, Ilyas As, ilyasa As, Zakaria As, Yahya As, dan Isa As- Waliyullah dan para ilmuan ternama, orang orang shaleh dan para ulama -seperti imam Ath-Tabrani, Ibnu Qudamah al-Maqdisiy, imam as-Sakhawi, imam Nawawi, imam ad-Dzahabi dll-.

Abu ‘imran Abdullah bin ‘Amir bin Yazid bin Tamim bin Rabi’ah al-Yahshubi atau masyhur dikenal dengan imam Ibnu Amir as-Syami. Beliau merupakan ulama dan intelek ahlu syam, beliau lahir di damaskus pada tahun 21 H -ada juga yang mengatakan pada tahun 8 H-  (beliau termasuk golongan tabi’in). Di negeri syam beliau adalah seorang ulama besar dibidang qiraah dan menjadi panutan bagi ahlu syam sepeninggal gurunya  Bilal bin Abi Darda dan pada masa itu qiraahn imam Ibnu Amir merupakan qiraah yang umum dibacakan para ulama syam dan juga masyarakat negeri  Syam.

Dalam transmisi bacaan al-Qur’an, al-Qur’an ditransmisikan dengan tiga metode bacaan. Yaitu, kelambatan bacaan (But’un), kecepatan bacaan (sur’ah)  dan  tidak cepat dan juga tidak lambat (tawassuth), atau sering juga dinamai oleh para ulama ahlulqurra’  bacaan But’un dengan martabat at-Tahqiq, bacaan Sur’ah dengan martabat al-Hadr, dan bacaan tawassuth dengan martabat at-Tadwir. Dalam bacaan imam Ibnu Amir para ulama ahli qiraah mengklasifiksikan bacaan imam ibnu Amir dalam bacaan at-Tawasuth. Lebih lengkap (Baca: implementasi teori imam qiraah dalam membacaal-Qur’an).

Dalam perjalanan intelektual nya imam Ibnu Amir belajar al-Qur’an kepada gurunya Abi Darda Uwaimir bin Zaid bin Qais, dan juga kepada al-Mughayyirah bin Abdullah bin Umar bin al-Mughirah al-Makhzumi dari ‘Utsma bin Affan, adapun imam Abu Darda dan Sahabat Utsman bin Affan membaca kepada Rasulullah Saw. dari sini bisa kita ketahui bahwa imam Ibnu Amri merupakan generasi ketiga bacaan nya -dari jalur gurunya al-Mughayyirah- sehingga menjadikan urutan transmisi sanad nya menjadi tertinggi dikalangan imam qiraat yang lain.

 Selain belajar al-Qur’an, beliau juga banyak membaca hadist kepada para sahabat seperti an-Nu’man bin Basyir, Mu’awiyah bin Abi Sufyan dll. Dengan kemampuan dan kredibilitas itulah hingga imam Ibnu Amir dikenal dan dipuji luas dikalangan para ulama, dan juga menjadi daya tarik para penuntut ilmu dari berbegai daerah masa itu. Beberapa diantaranya adalah yang meriwayatkan bacaan nya sendiri seperti imam Hisyam dan imam Ibnu Dzakwan.

Abu al-Walid Hisyam bin’Ammar bin Nushair bin Maisarah bin Abban as-Sulami azh-Dzhafri atau lebih dikenal dengan imam Hisyam. Lahir pada tahun 53 H. Dalam transmisi sanad beliau tidak meriwayatkan bacaan imam Ibnu Amir secara langsung (bi Wasithah), melainkan melalui perantara gurunya Irak al-Murri dan Ayyub bin Tamim dari Yahya adz-Dzamari lalu kemudian dari Abdullah bin ‘Amir (imam Ibnu Amir) sampai kepada Rasulullah Saw. Selain ahli dibidang qiraah beliau juga ahli dibidang hadist, diantara muridnya adalah imam al-Bukhari, imam Abu Daud, imam Ibnu Majah, dan Imam an-Nasai. Dengan kealiman dan keluasan ilmu beliau tersebut sehingga membawanya menjadi panutan dan imam masyarakat di kota Damaskus.

Kemudian pada tahun 245 H setelah beliau mengabdikan dan mendidikasikan dirinya pada islam, beliau kemudian berpulang kerahmatullah.

‘Abdullah bin Ahmad bin Basyar (Basyir) Ibnu Dzakwan bin Umar, atau masyhur di kenal dengan imam Ibnu Dzakwan. Beliau lahir pada tahun 173 H dan wafat pada tahun 242 H. Dalam transmisi sanad kelimuan nya beliau berguru kepada Ayyub bin Tamim (guru Imam Hisyam) dan juga kepada imam al-Kisai  sehingga dalam periwayatan nya terhadap qiraah imam Ibnu ‘Amir tidak secara langsung (bi Wasithah). Selain pakar dibidang qiraah beliau juga termasuk ulama besar di bidang hadist, beliau banyak meriwayatkan hadist diantaranya dari imam Abu Dawud dan imam Ibnu Majah dan juga banyak mengarang kitab dibidang ulumu al-Qur’an. Dengan kealiman dan wawasan yang luas tersebut sehingga beliau masyhur dan dikenal memiliki murid yang banyak.

 

Allahu ‘alam

Kolaka, 7 Agustus 2020

.

.

Referensi :

-       Abdu al-Fatah al-Qadi, Tarikhu al-Qurra’ al-‘Asyar wa ruwatuhum, Kairo: Maktabah al-Qahirah, Cetakan Pertama, 1998.

-       Muhammad Salim Muhaisin, Mu’jam Huffadz al-Qur’an ‘Abra at-Tarikh,    Beirut: Dar al-Jil, cet: I 1992

-       Abdu al-Fatah al-Qadi, Al-Wafi fi Syarh As-Syatibiyyah, Kairo: Maktabah Dar as-Salam, cetakan ketiga, 2018.

-       Id.wikipedia.org

 

 

 

 

  

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

apa itu qiraah asyarah sugra dan kubra?

Bismillah...      Pada masa kekhalifaan Usman bin Affan periwayatan al-Qur’an dengan berbagai ragam bacaan nya telah menemukan titik terang nya pasca ditetapkan nya tiga kaidah baku yang telah ditetapkan oleh khalifah dan para tim penulis wahyu, terlebih saat beliau kembali memerintahkan para ulama delegasi beliau diutus kembali ke amsar,  baca: tujuh kota pusat perkembangan islam.   Ditangan para delegasi inilah kemudian lahirlah para imam qiraat sepuluh yang sampai pada kita hari ini, dimana dari kesepuluh imam tersebut terdapat dua murid yang masyhur dikalangan para ahlulqurra pada masa itu yang kemudian meriwayatkan dan kemudian memberikan kaidah bacaan yang mereka dapatkan dari gurunya, diantara mereka ada yang berguru secara langsung dan juga diantara mereka ada yang berguru melalui perantara, inilah yang disebut dengan periwayatan   bil washitah.  Penetapan para perawi ini berdasarkan kredibilitas dan juga kemasyhuran para perawi nya, sehigga ji...

Penamaan Surah-surah al-Qur'an, ijtihadi atau tauqifi?

Bismillah..  Al-Qur’an merupakan kitab suci yang didalam nya banyak terdapat kemukjizatan-kemukjizatan dari berbagai sisi, mulai dari sisi bahasa, rasm, urutan ayat serta surah-surah didalam nya, hal tersebut telah dibahas oleh para ulama hingga para cendikiawan-cendikiawan muslim dibidang nya masing-masing yang kemudian memberikan kesimpulan penegasan bahwa kitab suci al-Qur’an bukan lah hanya sekedar kitab bacaan yang dibaca siang dan malam, melainkan merupakan sebuah kitab yang dari permulaan hingga akhir bahasan nya penuh dengan kemukjizatan.               Termasuk juga diantara kemukjizatan nya ialah penamaan nya yang masih menjadi pembahasan yang cukup hangat dikalangan para pengkaji al-Qur’an hari ini, akan tetapi jauh sebelum itu para ulama terdahulu sudah lebih dulu membahas dan memberikan pandangan nya masing-masing dengan berlandaskan dalil-dalil yang kuat. Dari sana mereka memberikan dua simpulan yang berb...

Pembagian al-Qur'an menjadi beberapa Juz, Hizb, & Ruku'

Bismillah… Al-Qur’an merupakan mukjizat terbesar yang diturunkan Allah kepada Rasulullah Saw. Dengan berbagai kemukjizatan yang tersaji didalam nya baik dari segi uslub, bahasa, hingga  sastra, tak membuat para ulama cendikiawan berhenti dalam penelitian nya mengkaji al-Qur’an. Hingga pada tulisan kali ini kita akan sedikit membahas mengenai pembagian al-Qur’an menjadi beberapa bagian seperti pembagian yang kita kenal dengan istilah Juz, Hizb, ataupun Rubu’, dan Ruku’. Pada masa Rasulullah sendiri, pembagian-pembagian yang telah kita sebutkan belum ada pada masa itu, sehingga dalam beberapa Riwayat seperti pada Riwayat Aus ibn Hudzaifah dikatakan bahwa para sahabat membagi al-Qur’an menjadi tujuh bagian. Bagian yang  pertama  terbagi menjadi tiga surah, yaitu al-Baqarah, ali Imran, dan an-Nisa. Bagian  kedua  terbagi menjadi lima surah, yaitu al-Maidah, al-An’am, al-‘Araf, al-Anfal, dan at-Taubah. Bagian  ketiga  terbagi menjadi lima surah, yaitu ...