Biografi Figur Imam Nafi dan Perawinya dalam Periwayatan al-Qur'an

ilustrasi

Bimillah

Sejarah periwayatan al-Qur’an dari masa usman bin affan hingga ke masa tabi’ tabiin cukup pesat dalam pengembangan nya, hal itu terbukti dari penyebaran mushaf atas perintah khalifah usman bin afffan saat itu yang memuat berbagai qiraah yang telah disepakati disebarkan keberbagai penjuru kota kota yang dianggap sebagai pusat pengembangan studi pembejaran quran yang terbilang pesat, diantara kota kota itu adalah mekkah, madinah, basrah, syam dan kufah. Dari daerah daerah inilah muncul lah para imam qiraah sepuluh yang dinisbatkan kepada nya bacaan bacaan qiraah al-Qur'an yang kita kenal hingga saat ini. Hal itu bermula pada periode kedua (masa tabi’ tabiin) atau juga pada masa bani umayyah dimana pada saat itu ragam qiraah al-Qur'an yang begitu banyak cukup membuat kesulitan untuk menguasai seluruh bacaan qiraah tersebut, sehingga ulama ahluqurra pada masa itu mengklasifikasikan qiraah berdasarkan bacaan yang mudah dan cocok bagi lisan mereka, sehingga setiap daerah tersebut memiki bacaan khas masing-masing. Maka muncul lah para ahlulqurra seperti Imam Nafi dari Madinah, Imam Ibnu Katsir dari Mekkah, Imam Ibnu Amir dari negeri Syam, dan juga Imam Ashim dari Kufah. Penisbatan bacaan kepada Imam-imam tersebut dipilih berdasarkan kredibilitas dan kapabelitas mereka dalam bidang qiraah.

Dahulu dikota Madinah ada seorang ulama ahli qiraat yang juga ahli dibidang fiqh dan merupakan salah satu dari imam qiraah sepuluh. Beliau adalah Nafi’ bin abdurrahamn bin Abi Nu’aim al-Laitsiy al-Kanani, atau yang masyhur dikenal dengan imam Nafi’ al-Madani. Beliau lahir dikota isfahan (340 Km selatan Teheran) pada tahun 70 H lalu kemudian meninggal di kota Madinah pada tahun 169 H pada usia 99 tahun. Walau beliau bukan asli Madinah tetapi beliau tumbuh dewasa di kota ini. Dari segi fisik beliau memiliki warna kulit hitam, postur tubuh rendah  dan memiliki wajah yang menawan dan berwibawa. Dalam perjalanan intelektual nya sendiri beliau banyak berguru -membaca al-Qur’an bi at-Tahqiq- (baca: at-Tahqiq disini) kepada para tabiin hingga jumlah nya mencapai 70 puluh orang, sehingga dari pembelajaran inilah yang membuat nya mampu meyusun kaidah kaidah bacaan tersendiri agar memudahkan untuk dipelajari dan dikaji. Dari sini namanya dikenal luas hingga generasi-generai setelahnya, beliau juga dikenal dengan keistiqamahan nya dalam mencurahkan waktunya mengajarkan qiraah al-Qur’an. Hal itu terbukti ketika beliau mengajarkan al-Qur’an di kota Madinah kurang lebih 70 tahun sehingga beliau masyhur dikenal dengan qiraah al-Madani dan menjadi rujukan dibidang qiraah. Dari kepribadian beliau sendiri beliau dikenal dengan ulama yang berbudi perkerti mulia, hal itu terpancarkan dari aura wajah yang begitu berseri seri. Pernah suatu ketika seseorang bertanya mengenai wajah nya yang begitu berseri seri beliau menjawab “bagaimana tidak, sementara Rasulullah Saw menyalamiku dalam mimpi dan kepadanya juga aku membacaakan bacaan ku”. Dikali lain beliau pernah ditanya oleh murid nya mengenai bau mulut nya yang begitu wangi ketika membacakan al-Qur’an beliau menjawab “aku tidak pernah mendekati minyak wangi apalagi memakai nya, suatu hari aku bermimpi bertemu dengan Rasulullah dan beliau membacakan al-Qur’an kepada ku”, sejak saat itulah setiap kali aku membaca maka keluarlah aroma harum. Imam Qalun yang juga perawinya pernah berkata bahwa Imam Nafi adalah orang orang yang sangat baik bacaan nya dan juga baik akhlaq nya dan zuhud serta dikenal dermawan. Berkat kealiman dan keistiqamahan beliau inilah yang mengantarkan nya menjadi maha guru yang sangat disenangi oleh para murid nya. Hal itu terbukti dari banyak nya murid murid nya yang datang dari bebagai daerah. Beberapa diantara nya ada yang menjadi periwayat bacaan nya seperti imam Qalun dan juga Imam Warsy, ada juga dari kalangan ulama besar seperti Imam Malik bin Anas, Imam Laits bin Sa’ad dan juga kedua puta gurunya -yang juga termasuk dalam imam qiraah sepuluh- Imam Abu Ja’far Yazid bin al-Qa’qa ismail dan Ya’qub. Dari sekian banyak murid nya beliau meriwatkan bacaan beliau kepada dua orang murid nya Imam Qalun dan imam Warsy.

Isa bin Mina bin Wirdan bin Abdu as-Shamad bin Umar bin Abdllah az-Zarqa (220 H) atau lebih dikenal dengan Imam Qalun. Kata “Qalun” sendiri bukan lah nama Arab melainakn berasal dari bahasa Romawi yang berarti baik atau bagus. Penamaan nya Qalun diberikan oleh gurunya -Imam Nafi’- sebagai bentuk apresiasi terhadap bacaannya yang bagus dan baik. Selain seorang perawi dari Imam Nafi’ beliau juga merupakan anak tiri dari Imam Nafi’ sehingga hal itulah yang mengantarkan nya menjadi seorang muqri yang kredibilitas dan kapabelitas dibidang qiraah.

Salah satu hal yang masyhur dikenal dengan beliau adalah kemampuan pendengaran nya yang kurang baik bahkan suara petir pun tak mampu didengarkan nya. Ada riwayat yang mengatakan hal itu terjadi dimasa tua beliau sebagian lagi mengatakan bawaan sejak lahir sebagian lagi mengatakan beliau hanya diberi kemampuan untuk mendengarkan bacaan al-Qur’an saja, selain dari itu beliau tidak mampu mendengar lagi. Disisi lain juga beliau mampu membetulkan bacaan murid nya dengan hanya melihat gerakan mulut nya. Qiraah Imam Qalun masyhur di negara negara seperti Libya, Tunisia, dan Qatar.

Lalu periwayat yang kedua dari Imam Nafi adalah Abu Said Ustman bin Sa’id biun Abdullah bin ‘Amru bin Sulaiman atau lebih dikenal degan imam Warsy. Beliau lahir dan tumbuh besar di Mesir pada tahun 110 H. Kata “Warsy” sendiri berarti sesuatu yang dibuat dari susu, maka dari itu oleh Imam Nafi’ diberi nama Warsy karena kulit nya yang putih seperti susu.

Dalam perjalanan intelektual nya Imam Warsy datang berguru kepada Imam Nafi’ pada tahun 155 H, beliau dikenal dengan keinginan kuat nya dalam mempelajari al-Qur’an dan juga memiliki suara yang sangat indah sehingga membuat orang yang mendegarkan nya tidak mampu berpaling dari keindahan bacaan nya. Setelah sekian lama berguru kepada Iman Nafi’, beliaupun kembali ke Mesir dan menjadi ulama qiraah yang bacaan nya menjadi rujukan dalam ilmu qiraat lalu meninggal pada tahun 197 H. 

Qiraat warsy tersebar di Afrika Utara, Afrika barat dan Andalus. Qiraatnya merupakan qiraat yang paling berkembang pesat kedua setelah qiraah imam Hafs.

 

Allahu a’lam.

Kairo. Sabtu, 6 Juni 2020

.

.

.

Referensi :

-       Abdu al-Fatah al-Qadi, Tarikhu al-Qurra’ al-‘Asyar wa ruwatuhum, Kairo: Maktabah al-Qahirah, Cetakan Pertama, 1998.

-       Syamsuddin Abi al-Khaer Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin ‘Ali bin Jazary, Ghayatu an-Nihayah fi tabaqat al-Qurra’, Beirut: Dar al-Kutub al-‘Alamiyyah, Cetakan Pertama, 2006.

-       Id.wikipedia.org


Komentar