Paham yang salah terhadap Qiraah Sab’ah Part 2



Bismillah...

Segala puji bagi Allah yang telah menjaga Al-Quran atas ummat manusia, dan menjadikan orang-orang yang menjaga nya sebagai orang-orang pilihan nya, dan menjadikan orang-orang pilihan nya sebagai keluarga nya, dan mengangkat derajat nya sebagai manusia yang mulia diantara seluruh manusia. Semoga Allah menjadikan kita semua bagian dari mereka.

Aamiin...

Pada tulisan part 1 sebelum nya (baca: Paham yang salah terhadap qiraat sab’ahpart 1), penulis telah memaparkan beberapa pendapat dari makna “harf” dari beberapa hadis yang telah penulis uraikan, dan telah disebutkan juga dua dari tujuh perubahan atau perbedaan yang terjadi dalam bacaan qiraat itu sendiri, lima diantara nya akan penulis paparkan dibawah ini :

Ketiga, berbeda dari segi wajah (baca:bentuk) I’rab nya (baca: Perubahan harakat akhir kalimat)

Contoh pada Ayat
ٱللَّهِ ٱلَّذِي لَهُۥ مَا فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَمَا فِي ٱلۡأَرۡضِۗ kalimat ٱللَّهِ berharakat kasrah (majrur) bisa dibaca ٱللَّهُ berharakat Dhamma (marfu’)

Keempat, berbeda dari segi penambahan dan pengurangan pada kalimat

Contoh pada ayat
قَالَ يَٰا بُشۡرَىٰ هَٰذَا غُلَٰمٞۚ kalimat يَٰا بُشۡرَىٰ  beralif layyinah bisa dibaca يَٰا بُشۡرَيَ ditambah huruf “ya” berharakat fathah

Contoh lain pada ayat
وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٖ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ kalimat فَبِمَا dengan huruf “fa” bisa dibaca  بِمَا menghapus huruf “fa”

Kelima, berbeda dari segi mengganti huruf pada kalimat

Contoh pada ayat
وَتَوَكَّلۡ عَلَى ٱلۡعَزِيزِ ٱلرَّحِيمِ  kalimat وَتَوَكَّلۡ dengan huruf “wawu” bisa dibaca فَتَوَكَّلۡ mengganti huruf “wawu” dengan huruf “fa”

Keenam, berbeda dari segi mendahulukan dan mengakhirkan kalimat

Contoh pada ayat
فَٱلَّذِينَ هَاجَرُواْ وَأُخۡرِجُواْ مِن دِيَٰرِهِمۡ وَأُوذُواْ فِي سَبِيلِي وَقَٰتَلُواْ وَقُتِلُواْ لَأُكَفِّرَنَّ عَنۡهُمۡ سَيِّ‍َٔاتِهِمۡ وَلَأُدۡخِلَنَّهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ kalimat وَقَٰتَلُواْ وَقُتِلُواْ mendahulukan وَقَٰتَلُواْ dan mengakhirkan وَقُتِلُواْ bisa dibaca dengan mendahulukan وَقُتِلُواْ lalu mengakhirkan وَقَٰتَلُواْ

Ketujuh, berbeda dari segi lahjah (baca:dialek)

Seperti fathah yang dibaca imalah, tafkhim dan tarqiq (baca istilah-istilah Qiraat), dan juga perbedaan beberapa dialek kabilah arab pada saat itu dalam pengucapan beberapa kalimat-kalimat tertentu, seperti pada kalimat خطوات, بيوت, خفية  dan lain sebagainya.

Inilah makna kalimat “harf sab’ah” pada hadist yang lalu menurut pendapat yang rajih dari imam abi fadhl Arrazi dan imam abu amr addani, dan juga menepis anggapan dari orang-orang yang mengatakan bahwa harf sab’ah itu adalah jumlah qiraat yang diturunkan kepada Rasulullah. Akan tetapi jumlah Qiraat yang telah disepakati ulama ahlulqurra kemutawatiran nya adalah sepuluh atau dikenal dengan “qiraah ‘Asyarah” , dan qiraah ‘asyarah inilah yang ditulis oleh para ahlulqurra pada masa khalifah Utsman bin Affan atas usulan dari sahabat Huzaifah Ra lalu kemudian menyebarkan nya keberbagai tempat hingga sampai ketangan kita hari ini (baca: keotentikanAl-Qur’an dari segi qiraat nya).

Adapun hikmah diturunkan nya Al-Qur’an dengan beberapa Qiraat adalah agar mempermudah bangsa arab saat itu yang dimana Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa mereka, lisan mereka, dan juga lahjah mereka, dan sama seperti bahasa kita bahasa indonesia, setiap pulau atau provinsi tentunya memiliki dialek atau lahjah daerah masing-masing seperti lahjah orang sulawesi dan lahjah orang jawa, lahjah orang sumatera dan lahjah orang papua, tentunya memiliki perbedaan pengucapan kalimat tertentu ketika berbahasa indonesia, pun bangsa arab seperti itu ketika Al-Quran diturunkan. Dan jika seandainya Allah menurunkan Al-Qur’an kepada mereka dengan satu jenis dialek saja maka tentu ini akan memberatkan mereka dalam memahami dan mendalami Al-Qur’an, dan ini juga menjadi bukti kasih sayang Allah kepada mereka. Sebagaimana ketika malaikat jibril mendatangi Rasulullah dan berkata “Allah memerintahkan Engkau untuk membacakan al-Qur’an kepada umatmu dengan satu huruf, Rasulullah menjawab Aku memohon perlindungan dan ampunan Allah, sesungguhnya umatku tidak mampu melakukannya.” Kemudian Jibril mendatanginya lagi dan berkata: “Sesungguhnya Allah memerintahkanmu membaca Al Quran kepada umatmu dalam dua huruf.” Nabi memberikan jawaban yang sama, sampai tujuh ahruf, Jibril berkata : Sesungguhnya Allah memerintahkan membacakan al-Qur’an kepada umatmu dengan tujuh huruf. Huruf apa saja yang mereka gunakan dalam pembacaan Al Quran, maka mereka mendapatkan pahala”. Lalu kemudian Rasulullah membacakan kepada mereka dengan rupa dialek arab yang sesuai dengan kabilah mereka pada saat itu.

Wallahu ‘alam
.
.
.

Referensi :

-Kitab : Nasyr Al-Qiraat Al-Asyarah, penulis : Imam Al-Qurra’ Ibnu Al-Jazari, tahqiq fadhilatu As-Syeikh Aiman rusydi suwaid, Penerbit : Dar Al-Ghautsani li Ad-dirasati Al-Qur’aniyyah. Beirut 2018.

-Kitab : Al-wafi fi Syarh As-Syatibiyyah, Penulis : fadhilatu As-Syeikh Abdul Fattah Al-Qadi, Penerbit : Dar-alsalam. Cairo 2018.

-Kitab : syarah Thayyibatu An-Nasyr fi Al-Qiraat Al-Asyarah. Penulis : Fadhilatu As-Syeikh Muhammad Ad-Dusuki amin kahila, Penerbit : Dar-alsalam. Cairo 2019.



Cairo 28 Februari 2020


Komentar