Paham yang salah terhadap Qiraah Sab'ah Part 1




Bismillah 

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Quran petunjuk bagi manusia semesta alam, terucap salawat dan salam kepada baginda Rasulullah yang telah mewariskan Al-Qur'an dengan berbagai kesempurnaan dalam setiap sisi bahasan nya dan juga kepada para pembaca Al-Qur’an yang digolongkan kedalam manusia yang mulia. 

14 abad yang lalu sejak diturunkan nya Al-Qur’an kepada Rasulullah SAW dalam berbagai variasi bacaan, Al-Qur’an telah diajarkan dari generasi ke generasi dengan mata rantai yang terjamin keotentikan nya (baca:mutawatir), dan juga terhindar dari kesalahan dan kekurangan. Adapun dalam perbedaan variasi bacaan nya tidaklah menunjukkan pertentangan dan perselisihan dari satu ahlulqurra (baca:ahliQiraat) dengan ahlulqurra yang lain melainkan hanya corak perbedaan dan perubahan saja yang tidak mengubah bahkan merusak makna kalimat atau ayat itu sendiri, karena perubahan atau perbedaan yang terjadi saling mengisi atau saling menguatkan satu sama lain, dan hal inilah yang menujukkan bukti kemukjizatan Al-Qur’an itu sendiri dari segi literaturnya. 

Pada tulisan kedua kali ini, penulis ingin meluruskan paham yang salah terhadap sebagian orang dalam memaknai “harf Sab’ah” atau Tujuh huruf yang tertuang dalam beberapa hadist. 

Didalam beberapa hadis nampak jelas disebutkan bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh huruf, disini penulis akan memaparkan beberapa hadis tersebut diantara nya : 

Hadist pertama 

Hadis dari Ubay bin Ka’ab : Bahwa Nabi Saw berada di kawasan Bani Ghifar , Malaikat Jibril mendatangi beliau dan berkata : Allah memerintahkan Engkau, untuk membacakan al-Qur’an kepada umatmu dengan satu huruf, Rasul menjawab Aku memohon perlindungan dan ampunan Allah, sesungguhnya umatku tidak mampu melakukannya.” Kemudian Jibril mendatanginya lagi dan berkata: “Sesungguhnya Allah memerintahkanmu membaca Al Quran kepada umatmu dalam dua huruf.” Nabi memberikan jawaban yang sama, sampai tujuh ahruf, Jibril berkata : Sesungguhnya Allah memerintahkan membacakan al-Qur’an kepada umatmu dengan tujuh huruf. Huruf apa saja yang mereka gunakan dalam pembacaan Al Quran, maka mereka mendapatkan pahala.” 

Hadist kedua

Dari Umar bin Khatab ia berkata, "Aku mendengar Hisyam bin Hakim membacakan surah al-Furqan di masa hidup Rasulullah. Aku perhatikan bacaannya. Tiba-tiba ia membacanya dengan banyak huruf yang belum pernah dibacakan Rasulullah kepadaku, sehingga hampir saja aku melabraknya di saat dia shalat, tetapi aku berusaha sabar menunggunya sampai salam. Begitu salam, aku tarik selendangnya dan bertanya, "Siapakah yang membacakan (mengajarkan bacaan) surah itu kepadamu? Dia menjawab: 'Rasulullah yang membacakannya kepadaku.' Lalu aku katakan kepadanya: 'Dusta kau! Demi Allah, Rasulullah telah membacakan juga kepadaku surah yang kau dengar tadi engkau membacanya (tapi tidak seperti bacaanmu).' Kemudian aku bawa dia ke hadapan Rasulullah, dan aku menceritakan kepadanya bahwa ' Aku telah mendengar orang ini membaca surah al-Furqan dengan huruf-huruf yang tidak pernah engkau bacakan kepadaku, padahal engkau sendiri telah membacakan surah al-Furqan kepadaku.' Maka Rasulullah berkata: ' Lepaskan dia, wahai Umar. Bacalah surah tadi, wahai Hisyam, Hisyam pun membacanya dengan bacaan seperti kudengar tadi. Maka kata Rasulullah SAW: 'Begitulah surah itu diturunkan.' Ia berkata lagi: 'Bacalah wahai Umar, lalu aku membacanya dengan bacaan sebagaimana diajarkan Rasulullah kepadaku. Maka kata Rasulullah; begitulah surah itu diturunkan.' Dan beliau berkata lagi “Sesungguhnya Qur'an itu diturunkan dengan tujuh huruf”, maka bacalah dengan huruf yang mudah bagimu, di antaranya.' 

Sampai disini tidak ada perbedaan pendapat dari kalangan ahlulqurra bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf tersebut, namun yang menjadi perdebatan diantara ahlulqurra adalah makna dari tujuh huruf itu, apakah kata “harf” pada hadist tersebut yang dimaksud adalah huruf tahajji’ (baca:hijaiyyah), atau “harf” yang dimaksud bermakna bentuk (variasi bacaan), ataupun “harf” yang dimaksud bermakna bahasa dengan pengertian bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam tujuh dialek (baca: lahjah) yang paling fasih dialek arab nya pada masa itu, diantara nya dialek Quraisy, Hudzail, Tsaqif, Hawazan, Kinanah, Tamim, dan Yaman. Adapun penulis condong kepada pendapat syeikh penulis sendiri syeikh abdul hakim dalam sebuah majelis nya syarah matan As-Syatibi beliau mengutip pendapat imam Abi fadhl Ar-Razi dalam kitab Al-Wafi syarah matan As-Syatibi yang memaknai “harf” pada hadis tersebut adalah wajah (baca: aujuh) atau variasi bentuk bacaan yang terjadi dalam Qiraat dan berbeda antara “harf” yang satu dengan “harf” yang lain nya. Dan pendapat ini lah yang diutamakan (baca:Rajih) 

Adapun perubahan atau perbedaan harf sab’ah (tujuh variasi bentuk bacaan) tersebut adalah : 

Pertama, berbeda dari segi kalimat mufrad (baca:tunggal), tasniyah (baca: ganda), jamak (baca:plural) 

Contoh pada ayat وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ ۖ kalimat مِسْكِين (tunggal) bisa dibaca مَسَاكِين (plural) 

Contoh lain pada ayat فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ kalimat أَخَوَيْكُم (ganda) bisa dibaca أِخْوَتِكُم (plural) 

Kedua, berbeda dari segi tasrif af’al (perubahan kata kerja) Fiil madhi (kata kerja lampau), Fiil Mudhari’ (kata kerja sedang/akan) dan Fiil Amr (kata kerja perintah)

Contoh pada ayat وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا kalimat تَطَوَّعَ (kata kerja lampau) bisa dibaca يَطَّوَّعْ (kata kerja sedang/akan) 
.
Adapun bentuk variasi bacaan ketiga dan seterus nya akan dilanjutkan pada tulisan part kedua mendatang. 




 Wallahu ‘alam 



 Cairo 26 Feb 2020

Komentar

Posting Komentar