Keotentikan Al-Quran Dari segi Qiraat nya








Bismillah

Al-Quran merupakan kitab samawi terakhir yang diturunkan Allah kepada Rasulullah SAW dan menjadi petunjuk pagi seluruh manusia, Al-Quran ini sangat terjaga dari segi kesucian nya, penyandaran nya (baca: isnad), dan juga keaslian nya (baca: Otentik). Hal itu dikarenakan Al quran merupakan kitab yang sangat sempurna dari segi sastra, bahasa, dan juga Uslub uslub nya, maka dari itu juga Al-Quran menjadi penyempurna dari kitab kitab samawi yang diturunkan kepada Rasul rasul sebelum nya, oleh karena itu jika Al-Quran yang sampai ditangan para pembaca sekalian sudah tidak otentik lagi maka tentu sja tidak ada bedanya lagi dengan buku bacaan pada umum nya.

Jika kita menoleh kepada sejarah, tidak sedikit dari para orientalis yang memperdebatkan Al-Quran dari segi sastra karena ada nya beberapa kalimat kalimat dalam Al-Quran yang berubah ubah, hal ini dilatar belakangi dengan Rasulullah yang membacakan Al-Quran kepada para sahabat menyesuaikan dengan kemampuan mereka dalam membaca.

Maka dari itu pada tulisan perdana pada blog ini, penulis akan sedikit membahas tentang perubahan atau perbedaan bacaan yang terjadi pada Al-Quran, atau biasa kita sebut dengan istilah ilmu Qiraat.

Jika dilihat dari periwayatan ada banyak riwayat yang mengatakan bahwa Al-Quran diturunkan dalam tujuh huruf (tujuh huruf yang dimaksud dalam ilmu qiraat akan dipaparkan pada tulisan mendatang). Salah satu diataranya dari hadist dari ubay bin ka’ab berikut:

 Artinya: Hadis dari Ubay bin Kaab : Bahwa Nabi Saw berada di kawasan Bani Ghifar , Malaikat Jibril mendatangi beliau dan berkata : Allah memerintahkan Engkau, untuk membacakan al-Qur’an kepada umatmu dengan satu huruf, Rasul menjawab Aku memohon perlindungan dan ampunan Allah, sesungguhnya umatku tidak mampu melakukannya.” Kemudian Jibril mendatanginya lagi dan berkata: “Sesungguhnya Allah memerintahkanmu membaca Al Quran kepada umatmu dalam dua huruf.” Nabi memberikan jawaban yang sama, sampai tujuh ahruf, Jibril berkata : Sesungguhnya Allah memerintahkan membacakan al-Qur’an kepada umatmu dengan tujuh huruf. Huruf apa saja yang mereka gunakan dalam pembacaan Al Quran, maka mereka mendapatkan pahala.”

Imam makki bin abi thalib -rahimahullah- berkata “setelah wafatnya Rasulullah, pada masa abu bakr dan umar bin khattab mereka mengutus para sahabat ahlulqurra (baca:ahliQiraat) untuk menyebarkan dan juga mengajarkan Al-Quran dan ilmu ilmu agama ke berbagai daerah sebagaimana bacaan yang mereka dapatkan pada masa Rasulullah,  akan tetapi setiap daerah yang mereka singgahi berbeda bacaan Al-Quran yang diajarkan oleh Rasulullah”. Lalu kemudian pada masa khilafah usman bin affan perbedaan bacaan ini tersebar pesat dikalangan kaum muslimin, sehingga dikhawatirkan akan terjadi perpecahan ummat sebagaimana yang terjadi pada kaum yahudi dan kaum nasrani, lalu kemudian sahabat Huzaifah bin al-Yaman mengusulkan kepada khalifah Usman bin Affan untuk menyeragamkan Al-Quran ini dalam satu huruf, khalifah pun menyetujui usulan sahabat Huzaifah tersebut, kemudian beliau membentuk sebuah kepanitiaan yang diketuai oleh sahabat Zaid bin Tsabit untuk membukukan Al-Quran yang telah disepakati bacaan nya oleh para ahlulqurra dari kalangan sahabat, dan setelah selesai ditulis khalifah usman lalu kemudian memerintahkan untuk membakar semua catatan Al-Quran yang dimiliki kaum muslimin kala itu  dan melazimkan untuk menggunakan mushaf yang telah disepakati oleh para ahlulqurra dari kalangan sahabat. Lalu kemudian kembali para sahabat ahluqurra menyebarkan ajaran Al-Quran yang telah disepakati ke berbagai penjuruh daerah.

Namun pada prieode ke dua dan ketiga periwayatan Al-Quran dari para sahabat ahluqurra ini terasa sangat banyak perbedaan bacaan nya antara ahlulqurra yang satu dengan ahlulqurra yang lain, maka dari itu pada masa priode ke empat mereka para ahlulqurra menetapkan satu jenis bacaan saja yang mudah dipelajari dan dihafalkan menurut mereka. Dari situlah ditetapkan setiap daerah tertentu memiliki mushaf bacaan yang berbeda dengan daerah lain, maka muncullah imam Abu Amr dari daerah Basrah (ahlulbasrah) yang telah membaca Al-Quran kepada para ahlulqurra di daerahnya, lalu muncul lah imam hamzah, Ashim, dari daerah kufahn (ahlulkufah), dan imam kisai dari daerah iraq, imam ibnu katsir dari mekkah, imam ibnu amir dari daerah syam (ahlussyam) dan juga imam nafi dari madinah (ahlulmadinah).

Dari mereka inilah bacaan ilmu qiraat Al-Quran dinisbatkan hingga sampai kepada masa kita hari ini.


Wallahu 'alam bisshawab


Cairo, 25 Feb 2020 


Referensi :

-        Kitab : Ushul An-Nayyirat, cetakan kelima
Penulis : Prof. Amaniy Bint Muhammad ‘Asyur,
Penerbit : madarelwatan. 2017

Komentar